Translate

CATATAN PENULIS

Berisi tentang beberapa catatan yang penulis dapatkan sepanjang perjalanan hidup.
Penulis mencoba berbagi kepada seluruh sahabat sebagai self reminder.

16 Jun 2011

YOU ARE WHAT YOU THINK


Dua orang sahabat sedang menghampiri kios koran & membeli beberapa koran serta majalah. Penjual koran yg seharusnya gembira ternyata melayani mereka dengan buruk, tidak sopan, dan dengan muka cemberut. 

Sahabat pertama jelas jengkel menerima pelayanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, sahabat kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut. 

Sahabat pertama bertanya kepada sahabat kedua, “Mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?” 
Sahabatnya menjawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?”

Bang!!!! Sahabat pertama terkejut mendengar jawaban sahabat kedua dan kembali bertanya, "Apa pantas pelayan tersebut menerima perlakuan kamu? sementara dia sendiri memperlakukan kamu seperti itu?"
  
Kembali sahabat kedua menjawab :
"Yess!! Itulah pointnya!!!Jangan pernah biarkan orang lain menentukan cara kita bertindak. Jika orang tersebut sedang melakukan hal yang buruk kepada kita, sering kali kita  membalasnya dengan bertindak yang demikian pula. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. 

Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tdk sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 menjadi sedemikian pelit jika harus berurusan dengan orang tersebut.

Harus saya akui, terkadang saya juga gagal dalam hal ini, khususnya saat saya berkendara. Saat ada mobil lain menyerobot jalan dengan seenaknya, saya tiba2 menjadi jengkel dan berusaha membalasnya dengan bergantian menyerobot jalannya. Tindakan saya dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap saya. Namun disisi lain, saya bisa berbuat sedemikian baik, santun, dan luar biasa terhadap orang yang juga melakukan hal yang sama kepada saya. Saat saya merenungkan tentang hal-hal ini, saya jadi merasa malu sendiri. 

Mengapa tindakan saya harus dipengaruhi oleh org lain.? Mengapa utk berbuat baik saja, saya harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? 

Insight :
Bagaimana dengan Anda?Apakah Anda juga punya “Penyakit” seperti saya?
Jaga suasana hati anda, jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!

Pilihlah tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!

SI PENCURI KUE


Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan sebuah tempat duduk.

Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka berdua. Wanita tsb mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si "Pencuri Kue" yang pemberani itu menghabiskan persediaannya. Ia makin kesal sementara menit2 berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bkn orang baik, tentu sdh kutonjok dia!". Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang2 miliknya dan menuju pintu gerbang.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yg hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kue miliknya. 

Koq milikku ada di sini? Jadi kue tadi adalah milik siapa? Milik lelaki itu?
Ya Tuhan, terlambat sudah untuk meminta maaf. Ia tersandar dan sedih.
Bàhwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu, bukan dia!

MORAL OF THE STORY :
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi.

Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.

Orang lainlah yang selalu salah, yang patut disingkirkan, yang tak tahu diri, yang paling berdosa, yang selalu bikin masalah. Dan hanya kitalah yang paling benar, yang paling suci, yang paling tinggi, yang paling pintar, dst.

Sejak detik ini, bisakah kita memulai utk "sedikit saja" rendah hati? Tanpa membanggakan siapakah diri kita di hadapan orang lain.