Translate

CATATAN PENULIS

Berisi tentang beberapa catatan yang penulis dapatkan sepanjang perjalanan hidup.
Penulis mencoba berbagi kepada seluruh sahabat sebagai self reminder.

22 Nov 2014

KAMU adalah KAMU


Kamu adalah Kamu..

Berhentilah.. 
Jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain.. 
Tidak akan kamu temui perbandingan disana.. 

Kamu adalah Kamu..

Tak ada yang bisa kamu lakukan untuk menjadi orang lain.. 
Walaupun kamu berusaha melakukannya..
Tiap orang sejatinya adalah unik dan luar biasa.. 
Tak ada satupun orang seperti kamu..
Kamu tak lebih baik dari siapapun di bumi ini..
Pun, kamu tak lebih buruk dari siapapun di bumi ini..

Kamu adalah Kamu..

Kamu mungkin bisa bersandiwara menjalani hidup sebagai orang lain..
Tapi pada akhirnya kamu kan menyadari.. 
Bahwa kamu telah membuang-buang waktu dalam kebohongan.. 
Menunda mencapai kebahagiaan dan rasa hormat dari orang lain, yang seharusnya kamu dapatkan ketika kamu menjadi siapa diri kamu sebenarnya..

Jika kamu harus cemas..
Cemaslah tentang bagaimana melakukan hal yang benar, sebagai diri kamu sendiri..
Bukan mencemaskan orang lain, yang hanya kamu inginkan untuk menyukai kamu bukan sebagai diri kamu yang sebenarnya..

Be Yourself.. Banggalah menjadi dirimu sendiri 

25 Okt 2014

BARANG ITU BUKAN MILIK SAYA


Meli tak menyangka akan begini jadinya. Ia terus berlari dan berlari, menghindari kerumunan dan amukan massa di sekitar Jakarta Barat. Dari kejauhan terlihat jilatan api dari beberapa gedung dan sisa asap pembakaran mobil. Massa yang beringas - yang entah datang dari mana - bersorak sorai. Kemudian terdengar suara-suara sumbang penuh hasutan : "Cari Cina! Cari Cina!"

Beberapa mata mulai memandangnya. Meli bergidik. Beberapa mulai merasa menemukan sasaran. Meli menatap ke depan. Lengang, tak ada satu kendaraan pun yang bisa membawanya pergi dari tempat itu. Cemasnya menjadi-jadi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Berlari sekuat-kuatnya? Masuk ke rumah penduduk? Mereka telah menutup pintu rapat-rapat tampa berani membukanya, setidaknya saat ini. Lalu? Matanya mulai nanar.

Tiba-tiba di antara bayangan kepulan asap, tampak seorang lelaki tua lusuh dengan sebuah sepeda kusam tua, menghampirinya.

"Ibu Cina ya?! Ibu mau kemana? Cepat naik ke sepeda saya, Bu! Cepat!!"

"Ojek sepeda ya Pak?"

Bapak dengan baju tambalan di sana sini itu mengangguk pelan. Tanpa berpikir panjang, Meli segera naik ke atas sepeda tersebut. Si lelaki tua mengayuh sepedanya kuat-kuat disertai peluh bercucuran yang membasahi bagian punggung bajunya, meninggalkan massa yang berpesta dalam amukan dan beberapa pasang mata liar yang urung mengejar mereka.

Sampai di belakang Glodok Plaza, Meli melihat banyak orang mengambil barang dari dalam toko-toko di sekitar sana. Dengan wajah puas orang-orang itu mengangkuti televisi, radio, komputer, kulkas sampai mesin cuci dan lain sebagainya. Meli tak mengerti. Mungkinkah barang-barang itu diberikan oleh pemiliknya agar toko tersebut tak dibakar? Atau massa yang menjarahnya? Beberapa tentara tampak berjaga-jaga, namun tak melarang siapa pun yang ingin mengambil barang.

Di sudut yang sepi, Meli menyuruh bapak tua itu berhenti.

"Ada apa, Bu?"

"Pak, mendingan Bapak ikut ambil barang-barang itu dulu. Biar sepedanya saya yang jagain. Itu orang-orang pada ngambil. Ambil dulu, Pak!" ujar Meli. Hatinya tergetar melihat kemiskinan dan perjuangan lelaki tua ini untuk menghidupi keluarganya. Ya, apa salahnya ia menunggu sebentar dan menjaga sepeda ini sementara bapak itu mengangkuti barang yang bisa dia bawa pulang.

Di luar dugaan, bapak tua itu menggeleng dan tersenyum getir. "Tidak, Bu. Barang itu bukan milik saya. Bukan barang halal. Saya muslim, Bu."

Meli tercengang beberapa saat. Benar-benar trenyuh. Orang tak mampu seperti ini, ternyata punya prinsip hidup yang sangat mulia. Saat sampai di tujuan, bapak itu hanya meminta ongkos tiga ribu rupiah, jumlah yang tak berbeda dengan bila tak ada kerusuhan. Meli memberinya empat ribu, dan bapak tua itu meninggalkannya dengan riang. "Terimakasih, Bu."

Meli menatap lelaki tua itu hingga menjadi titik di kejauhan. Ia telah mendapat satu pelajaran yang luar biasa. Bukan dari siapa-siapa. Hanya dari seorang miskin, seorang muslim, seorang yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Dan dengan bangga, Meli menceritakannya pada saya.

Diadopsi dari buku : "Lentera Kehidupan" karangan Helvy Tiana Rosa.

3 Sep 2014

HANYA ADA 3 HARI DALAM HIDUP INI


Pertama :
HARI KEMARIN
Kamu tak bisa mengubah apapun yg telah terjadi!
Kamu tak bisa menarik perkataan yg telah terucapkan.
Kamu tak mungkin lagi menghapus kesalahan 
dan mengulangi kegembiraan yg kamu rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat.
LEPASKAN saja.

Kedua :
HARI ESOK
Hingga mentari terbit esok hari..
Kamu tak tahu apa yg akan terjadi!
Kamu belum bisa melakukan apa2 untuk esok hari.
Kamu tak mungkin tahu, sedih atau ceria di esok hari.
Karena Esok hari belum tiba.
BIARKAN saja.

Yg tersisa kini hanyalah :
HARI INI
Pintu masa lalu telah tertutup.
Pintu masa depanpun belum tiba.
Pusatkan saja diri kamu utk hari ini!
Kamu dapat mengerjakan lebih banyak hal utk hari ini.
Bila kamu mampu melupakan hari kemarin.
Dan melepaskan ketakutan akan esok hari...

Hiduplah untuk HARI INI.
Karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yg rumit.
Hiduplah apa adanya karena yang ada hanyalah hari ini.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat.
Meski mereka berlaku buruk pada kamu.

Sayangilah seseorang sepenuh hati hari ini. 
Karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa kamu menunjukkan penghargaan pada orang lain. 
Bukan karena siapa mereka tetapi karena siapakah dirimu sendiri.

Jangan biarkan masa lalu mengekangmu.
Atau masa depan membuatmu bingung.
Apapun juga yg kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu.

Berterima kasihlah pada orang yg telah melukai hatimu. 
Karena dia telah membuat hatimu kuat.
Berterima kasilah pada orang yg telah membohongimu. 
Karena dia membuat hidupmu makin bijaksana.
Berterima kasihlah pada orang yg telah membencimu. 
Karena dia yg mengasah ketegaranmu.