Translate

CATATAN PENULIS

Berisi tentang beberapa catatan yang penulis dapatkan sepanjang perjalanan hidup.
Penulis mencoba berbagi kepada seluruh sahabat sebagai self reminder.

15 Jun 2012

AKU CUMA INGIN DIPELUK DAN DISAPA

    Waaaah.... Masih seminggu lagi gajian. Bulan ini pengeluaran tak terdugaku bukan main banyaknya. Ada saja biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Mama yang sakit, saudara yang butuh bantuan, dan masih banyak lagi. Uang hanya tinggal Rp. 50.000,- lagi, padahal 7 hari lagi baru terima gaji. Kepalaku pusing tujuh keliling. Bagaimana mengelola kebutuhanku selama seminggu ini, terutama untuk makan dan transport. Aku memeriksa persediaan makanan di dapur. Dan yang kutemui hanya beras yang kurasa cukup untuk seminggu. Hatiku sedikit lega. Lauk pauk, tak usah terlalu repot. Aku bisa makan dengan telur dan kecap atau bawang goreng atau sambal. Lumayan pikirku.

    Aku bergegas menuju sepeda motor untuk segera berangkat ke kantor. Kulihat bensin, ternyata masih penuh, membuat aku jadi  lega. Paling tidak aku bisa bertahan beberapa hari, setidaknya cukup untuk perjalanan dari rumah ke kantor. Dalam perjalanan aku berdoa, memohon agar Tuhan memimpin hariku dan menjaga aku agar tidak berbuat dosa dan yang paling penting, peka terhadap kehendak-Nya.

    Tanpa terasa aku sudah sampai di kantor, dan kesibukan rutin seperti hari-hari lalu mulai kujalani. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, ketika rekan-rekan seruangan mengajak aku makan siang. Kutolak dengan halus, mengingat uang yang tinggal sedikit itu. Kupikir aku sudah membawa bekal dari rumah, cukup kan untuk makan siang hari ini. Tapi ternyata mereka tidak setuju dengan penolakanku, alasannya demi kebersamaan. Akhirnya aku terpaksa mengikuti mereka, sambil berdoa semoga uangku cukup untuk hari-hari kedepan.

    Kami semua sampai di Bakmi GM, blok M, dan sudah mendapatkan meja. Entah mengapa, hatiku gundah sekali. Tapi rasanya bukan karena uang yang tinggal sedikit. Ada kerinduan yang amat sangat, ada rasa lapar, ada rasa kesepian, aku ingin dipeluk, aku ingin disapa, tapi oleh siapa? Dan aku tahu itu bukan perasaanku sebenarnya. Aku berdoa sejenak dalam hati, memohon agar aku peka akan kehendak-Nya.

    Seperti ada yang menarik, aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi keluar restauran. Kemudian aku menyeberang jalan, dan persis di depan pagar, jantungku berdebar keras, mataku mencari-cari, tanpa tahu persis siapa yang aku cari.

    Sekejap mataku langsung menatap seorang lelaki muda yang tampaknya tanpa busana dan menutupi badannya dengan kardus. Matanya nanar, bersimbah air mata. Tangannya tidak tengadah sebagaimana pengemis yang meminta-minta pada orang yang lalu lalang. Bibirnya gemetar, seperti menahan dingin dan lapar. Hatiku teriris, mataku berlinang air mata, dan entah mengapa aku berjalan dengan cepat menuju tempatnya berdiri. Kupeluk ia dengan kencang, sambil berbisik, kukatakan bahwa aku mengerti apa yang dia rasakan. Tindakanku ini sama sekali bukan karena aku baik, tapi lebih didorong oleh perasaan dalam hatiku yang sulit kujelaskan. Aku tersenyum padanya dan menyuruhnya untuk tetap tinggal disitu sementara aku pergi.

    Setengah berlari aku pergi ke dalam pasar, untuk membeli kaos, celana pendek, sarung, sandal jepit, serta nasi bungkus. Kubelanjakan seluruh uangku, dan lucunya masih kembali sebesar Rp. 10.000 rupiah. Namun aku tidak sempat berpikir lama, segera kuambil barang-barang itu dan berlari kembali ke tempat dimana lelaki muda itu berada. Aku membantunya mengenakan pakaiannya dan menuntun tangannya yang gemetar untuk membuka nasi bungkus dan air minumnya. Tidak ada rasa jijik, tidak ada rasa malu, tidak ada rasa apapun dalam diriku, kecuali rasa kasih yang luar biasa. Setelah beberapa suap, ia mulai tidak lagi gemetar tetapi matanya tetap berair. Katanya, ia berdoa pada Tuhan, supaya Tuhan mau peduli padanya, mau memeluknya, sekalipun ia sudah menjadi orang yang terbuang dan terlupakan bagi orang lain.

    Aku terdiam, sungguh tak dapat berkata apapun. Kugenggam tangannya dan kuberikan sisa uang Rp. 10.000,- tadi sambil berkata bahwa aku tidak punya apa-apa yang berharga untuknya. Lalu ia menatapku dengan senyum bahwa ia sudah menerima lebih dari yang diharapkannya. Ia cuma minta dipeluk, cuma minta disapa, sebagaimana manusia lainnya. Lalu aku memohon diri padanya dan meminta ia untuk selalu berdoa dan berharap pada Tuhan. Aku berkata dalam hati jika mungkin Tuhan mengirimku untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya, maka Dia pasti akan memeliharaku. Ia mengangguk, dan melambaikan tangan dan aku menangkap sukacita yang dirasakannya.

    Aku kembali ke restauran, dan kulihat sudah ada mie kesukaanku diatas meja. Kulahap habis tanpa basa basi, tanpa juga mengingat uang yang sudah tidak kumiliki. Pikirku, TUHAN pasti menjagaku. Benar saja, setelah selesai temanku mentraktir kami karena ternyata ia mendapat promosi jabatan hari ini.

    Hari itu aku begitu bahagia, sekalipun tak sepeser pun uang ada padaku. TUHAN menunjukkan padaku bahwa Dia benar-benar menjagaku. Baik bensin di motor, maupun persediaan makananku habis persis saat aku gajian. Ajaib!!!

    Dia sungguh Allah yang ajaib dan Dia benar-benar mengasihiku. Sekarang aku tahu apa arti itu bagiku. Tuhan telah mengajarkan padaku untuk melakukannya, tanpa perlu merasa khawatir serta percaya penuh atas semua renca indah-Nya. Aku bersyukur dan dalam hati berjanji, untuk selalu peka terhadap kehendak-Nya.

    Terima kasih Tuhan, bisikku lirih.

    Share

TUHAN , TAKDIR & SETAN


Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya sang pemuda itu menemukan seorang bijaksana.

Pemuda : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Bijaksana : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.
Pemuda : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Bijaksana : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda : Saya punya 3 buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.

Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
Bijaksana : Saya tidak marah... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan.
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Bijaksana : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : Tentu saja saya merasa sakit.
Bijaksana : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda : Ya.
Bijaksana : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda : Saya tidak bisa.
Bijaksana : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya.
Bijaksana : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda : Tidak.
Bijaksana : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
Pemuda : Tidak.
Bijaksana : Itulah yang dinamakan Takdir.
Bijaksana : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : Kulit.
Bijaksana : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda : Kulit.
Bijaksana : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : Sakit
Bijaksana : Walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.