Salah satu muridnya mendatangi seorang eksekutif yunior di sebuah perusahaan dan dengan tulus menyampaikan terima kasih karena sang eksekutif pernah membantunya membuat rencana karir untuk masa depannya. Iapun menyematkan pita jingga, sang eksekutif terpana. Belum pernah ia mendapat perhatian seistimewa ini.
Lalu ia diberi dua pita, yang salah satunya harus ia serahkan pada orang lain lagi yang berarti dalam hidupnya. Si Eksekutif bingung kepada siapa pita jingga itu akan ia serahkan. Sang eksekutif masuk ke ruangan pimpinan perusahaannya. Selama ini sang pimpinan dikenal sebagai orang yang selalu menggerutu, mengomel dan tidak puas atas kerja bawahannya. Namun sang eksekutif yunior tetap menghadap pimpinan. "Tuan, telah sekian lama saya bekerja di perusahaan Bapak. Selama itu pula saya telah menikmati gaji, anak istri sayapun bisa hidup sejahtera. Jujur saya katakan, bapak orangnya keras tapi jenius dan sangat kreatif." Pimpinan terpana. Belum pernah ia dihargai seperti itu.
"Sebagai tanda terima kasih, ijinkan saya menyematkan pita jingga ini" Pimpinan makin terpana, "Y..yyyaa, tentu saja boleh, silakan." Selepas menyematkan pita jingga, iapun memberikan sebuah pita jingga kepada pimpinan dan menyampaikan pesannya: berikan pita jingga ini kepada orang yang berharga dalam hidup anda. Sekian menit telah berlalu, sorepun berganti petang menjelang malam, namun sang pimpinan masih terpana, betul-betul sangat berkesan di hatinya.
Tiba-tiba terlintas di benaknya, betapa selama ini aku telah mengabaikan anakku. Terkadang aku bahkan membentakmu, Nak, hanya karena nilaimu jatuh, kamarmu kacau balau, padahal aku tidak pernah mendampingimu. Sang pimpinan bergegas pulang. Ia katakan pada anaknya: Nak, hari-hariku betul-betul sarat dengan kesibukan, aku amat kurang menyayangimu. Namun, Nak, malam ini aku betul-betul ingin duduk berdua saja denganmu. Jujur bapak katakan, kamu benar-benar telah memberikan suatu sumbangan untukku. Selain ibumu, engkaulah orang terpenting dalam hidupku. Nak, ijinkan bapak menyematkan pita jingga ini untukmu. Aku mencintaimu, Nak.
Terkesima, ia menatap tajam ayahnya, lalu terharu, air matanya mengalir. Dengan terbata-bata ia berkata: "Ayah, aku berencana bunuh diri besok pagi. Karena aku pikir aku sudah tidak punya ayah, aku pikir Ayah tidak peduli, tidak mencintaiku. Kini aku tahu, aku tak perlu melakukan hal itu."
Moral of The Story :
Terkadang sebagian dari kita beranggapan bahwa untuk membahagiakan orang-2 di sekeliling dan orang-2 yang dikasihi adalah dengan memberikan apa yang mereka mau dan sebagian itu adalah berupa materi.
2 komentar:
Apa ini sebuah pembuktian dr sang penulis bahwa "sesibuk2nya kt sebagai orang tua jgn prnah melupakan keluarga trutama sang anak.."
walaupun hanya sebuah pita tp mempunyai arti yang sangat dalam bagi hubungan Bapak dan Anak.
Posting Komentar