Translate

CATATAN PENULIS

Berisi tentang beberapa catatan yang penulis dapatkan sepanjang perjalanan hidup.
Penulis mencoba berbagi kepada seluruh sahabat sebagai self reminder.

13 Okt 2011

DILEMA MORAL



Pahami  pertemanan atau persahabatan yang sejati.
Ada sebuah pertanyaan bagus, cobalah menjawab.

Ketika Anda sedang menyetir sendirian dengan mobil kecilmu di tengah malam, hujan deras, banyak petir dan agak jauh dari perumahan penduduk. Tapi tiba2 saja mobil anda dihentikan oleh 3 orang yang sedang menunggu tumpangan:
1. Perempuan tua yang sekarat dimana dia membutuhkan pertolongan secepatnya.
2. Seorang teman lama yang pernah menyelamatkan hidup anda.
3. Partner sempurna yang anda impikan selama ini.

Orang manakah yang anda akan pilih untuk ikut bersama anda?
Karena mobil anda kecil, jadi hanya bisa memuat 1 orang bersama pengemudi.

Pikirkanlah baik2!!!! (sebelum menjawab)

Sebuah Dilema Moral untuk memilih yang terbaik bagi anda dan sesama.

A. Membawa wanita tua itu karena sangat butuh pertolongan darurat. Dia tidak punya banyak waktu untuk menunggu.
B. Memilih teman lama yang pernah menyelamatkan hidup anda. Ini adalah waktu yang tepat untuk membalasnya.
C. Partner yang sempurna. Orang yang belum tentu akan anda temui lagi seumur hidup.

Telah banyak yang menjawab pertanyaan ini, dan mereka memilih yang terbaik menurut mereka (dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah karena masing2 memiliki pendapat dan skala prioritas).

Tetapi hanya ditemukan 1 (satu) jawaban yg mengejutkan!!!!

Seorang lelaki tengah baya telah menjawab dengan simpel :
"Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada teman lama yang pernah menyelamatkan hidup saya dan meminta dia untuk mengantarkan wanita yg sekarat itu"
"Dan saya akan berdiri di samping partner yang saya idamkan, sambil menunggu tumpangan yang akan lewat"

Insight :
Sometimes, we gain more if we are able to give up our stubborn thought limitations.
Never forget to "Think Outside of the Box"


1 Sep 2011

BUKU KEHIDUPAN


Hidup Manusia seperti Sebuah BUKU....

Cover depan adalah tanggal lahir.
Cover belakang adalah tanggal kematian.

Tiap lembarnya, adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yg kita lakukan.

Ada buku yg tebal,
Ada buku yg tipis.

Ada buku yg menarik dibaca,
Ada yg sama sekali tidak menarik.

Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa di-edit lagi.

Tapi hebatnya,
seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama dengan hidup kita, seburuk apapun kemarin,
Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.

Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yg benar dalam hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNYA.

Terima kasih Tuhan untuk hari yang baru ini..

Syukurilah hari ini....
dan isilah halaman buku kehidupanmu dgn hal2 yg baik semata.

Dan jangan pernah lupa untuk selalu bertanya kepada Tuhan, tentang apa yang harus ditulis tiap harinya.

Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai, kita dapati diri ini sebagai pribadi yg berkenan kepadaNYA.

Dan buku kehidupan itu layak untuk dijadikan teladan bagi anak2 kita dan siapapun setelah kita nanti.

Selamat menulis di buku kehidupanmu,
Menulislah dengan tinta cinta dan kasih sayang, serta pena kebijaksanaan.

Aku berdoa dan berharap :
"Agar Tuhan selalu menyertai setiap langkahmu"
..........karena.........
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa :
Langit itu selalu biru,
Bunga selalu mekar,
dan Mentari selalu bersinar..

Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi :
Pelangi di setiap Badai,
Senyum di setiap Air Mata,
Berkah di setiap Cobaan,
dan Jawaban di setiap Doa.

Jangan pernah menyerah,Terus berjuanglah, kawan...
Do your best.. and GOD will do the rest..

16 Jul 2011

KESABARAN BERBUAH MANIS


Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran…
“Ayah, ayah” kata sang anak… “Ada apa?” tanya sang ayah…..

“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek.…

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedang teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku…

Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” Anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Dan akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

“Waaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya. ” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”

” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu" 


"Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi, bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangat indah" 

Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku” 
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar” 

Aku tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat… Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu"

"Tapi ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri" 

"Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, seorang pemuda yang kuat, yang tetap tabah karena ia tahu ada Tuhan di sampingnya, maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang maka kau tahu akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tahu sekarang, aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti, terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ” 
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.


10 Jul 2011

KISAH POHON APEL


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku." kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya mEmbutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Moral of The Story :
Ini adalah cerita tentang kita semua.
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya..
dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita..


SURAT TERBUKA BAGI PARA SAHABAT WANITA TERCINTA

To : All Wifes in The World

Pernahkah kita menyadari sudah berapa lama kita menikah?
Dan bagaimanakah hubungan kita dengan suami tercinta saat ini?

Mari luangkan waktu sejenak untuk merenungkan kualitas kasih kita

Saat suamiku bangun pagi..
Adakah aku di sana yang menyapa dengan senyuman?
Atau bahkan dengan kecupan?
Pastilah itu akan mencerahkan hatinya.

Saat suamiku ada masalah dalam pekerjaan..
Adakah aku menyadarinya?
Apakah aku mensupportnya dengan kata2 positif, kepercayaan, dan doa baginya?
Pastilah itu akan menenangkan pikirannya.

Saat hubungan terasa hampa..
Adakah aku berusaha untuk menarik hatinya? Dengan kejutan2 manis dan sebagainya?
Dalam hatinya, pastilah ia menghargainya.

Saat suamiku pulang kerja..
Adakah aku di sana untuk menghibur dia yang kelelahan?
Adakah aku di sana, untuk menemaninya makan?
Walaupun mungkin aku sendiri sudah makan?

Saat suamiku sibuk bekerja di rumah..
Adakah aku disana sekedar untuk menemaninya?
Walaupun aku mungkin tidak paham apa yang sedang dikerjakannya
Namun pastilah ia menghargai kehadiran dan perhatianku.

Saat suamiku di rumah..
Sudahkah aku selalu menjaga diri untuk tampil menarik dan terlihat segar baginya?

Saat suamiku menonton TV..
Apakah aku suka menemaninya?
Walaupun mungkin aku tidak suka acara yang disukainya?
Aku ingin berbagi komunikasi apapun dengannya...

Atau saat suamiku berdiam diri di rumah dan sibuk dengan urusannya sendiri..
Sudahkah aku bertanya, mengapa dia bisa demikian?
Adakah yang salah dalam hubungan ini?
Mungkinkah dia tidak bercerita karena menjaga perasaan kita?
Atau bahkan dia sedang kebingungan memulai dari mana?

Ingatlah bahwa dengan menanam kasih, kita pun akan menuai kasih...

Jangan berharap untuk selalu menerima kasih..
Jangan menuntut ini dan itu...

Tetapi berikanlah lebih dahulu :
- Hatimu..
- Waktumu..
- Perhatianmu..
- Relakan kesukaanmu..
- Mulailah komunikasi lebih dulu... Jangan menunggu..

Jangan biarkan tempat itu diisi oleh Wanita Lain...
Di dunia jumlah Wanita lebih banyak dari jumlah Pria..
Maka kemungkinan adanya wanita idaman lain lebih tinggi dari seorang pria idaman lain...

So....
Penuhilah selalu hati suamimu...
Itu memang telah menjadi tempat dan milikmu..

Believe that you can!!!
Dibalik keberhasilan seorang suami, ada istri yang sejati..
Begitu pula sebaliknya..

Just a Thought.. No Offence..

"diposting dalam kesendirian dari sebuah Kamar Paviliun Rumah Sakit menjelang menjalani operasi esok hari"

16 Jun 2011

YOU ARE WHAT YOU THINK


Dua orang sahabat sedang menghampiri kios koran & membeli beberapa koran serta majalah. Penjual koran yg seharusnya gembira ternyata melayani mereka dengan buruk, tidak sopan, dan dengan muka cemberut. 

Sahabat pertama jelas jengkel menerima pelayanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, sahabat kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut. 

Sahabat pertama bertanya kepada sahabat kedua, “Mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?” 
Sahabatnya menjawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?”

Bang!!!! Sahabat pertama terkejut mendengar jawaban sahabat kedua dan kembali bertanya, "Apa pantas pelayan tersebut menerima perlakuan kamu? sementara dia sendiri memperlakukan kamu seperti itu?"
  
Kembali sahabat kedua menjawab :
"Yess!! Itulah pointnya!!!Jangan pernah biarkan orang lain menentukan cara kita bertindak. Jika orang tersebut sedang melakukan hal yang buruk kepada kita, sering kali kita  membalasnya dengan bertindak yang demikian pula. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. 

Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tdk sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 menjadi sedemikian pelit jika harus berurusan dengan orang tersebut.

Harus saya akui, terkadang saya juga gagal dalam hal ini, khususnya saat saya berkendara. Saat ada mobil lain menyerobot jalan dengan seenaknya, saya tiba2 menjadi jengkel dan berusaha membalasnya dengan bergantian menyerobot jalannya. Tindakan saya dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap saya. Namun disisi lain, saya bisa berbuat sedemikian baik, santun, dan luar biasa terhadap orang yang juga melakukan hal yang sama kepada saya. Saat saya merenungkan tentang hal-hal ini, saya jadi merasa malu sendiri. 

Mengapa tindakan saya harus dipengaruhi oleh org lain.? Mengapa utk berbuat baik saja, saya harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? 

Insight :
Bagaimana dengan Anda?Apakah Anda juga punya “Penyakit” seperti saya?
Jaga suasana hati anda, jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!

Pilihlah tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!

SI PENCURI KUE


Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan sebuah tempat duduk.

Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka berdua. Wanita tsb mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si "Pencuri Kue" yang pemberani itu menghabiskan persediaannya. Ia makin kesal sementara menit2 berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bkn orang baik, tentu sdh kutonjok dia!". Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang2 miliknya dan menuju pintu gerbang.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yg hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kue miliknya. 

Koq milikku ada di sini? Jadi kue tadi adalah milik siapa? Milik lelaki itu?
Ya Tuhan, terlambat sudah untuk meminta maaf. Ia tersandar dan sedih.
Bàhwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu, bukan dia!

MORAL OF THE STORY :
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi.

Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.

Orang lainlah yang selalu salah, yang patut disingkirkan, yang tak tahu diri, yang paling berdosa, yang selalu bikin masalah. Dan hanya kitalah yang paling benar, yang paling suci, yang paling tinggi, yang paling pintar, dst.

Sejak detik ini, bisakah kita memulai utk "sedikit saja" rendah hati? Tanpa membanggakan siapakah diri kita di hadapan orang lain.