Translate

CATATAN PENULIS

Berisi tentang beberapa catatan yang penulis dapatkan sepanjang perjalanan hidup.
Penulis mencoba berbagi kepada seluruh sahabat sebagai self reminder.

1 Sep 2011

BUKU KEHIDUPAN


Hidup Manusia seperti Sebuah BUKU....

Cover depan adalah tanggal lahir.
Cover belakang adalah tanggal kematian.

Tiap lembarnya, adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yg kita lakukan.

Ada buku yg tebal,
Ada buku yg tipis.

Ada buku yg menarik dibaca,
Ada yg sama sekali tidak menarik.

Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa di-edit lagi.

Tapi hebatnya,
seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama dengan hidup kita, seburuk apapun kemarin,
Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.

Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yg benar dalam hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNYA.

Terima kasih Tuhan untuk hari yang baru ini..

Syukurilah hari ini....
dan isilah halaman buku kehidupanmu dgn hal2 yg baik semata.

Dan jangan pernah lupa untuk selalu bertanya kepada Tuhan, tentang apa yang harus ditulis tiap harinya.

Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai, kita dapati diri ini sebagai pribadi yg berkenan kepadaNYA.

Dan buku kehidupan itu layak untuk dijadikan teladan bagi anak2 kita dan siapapun setelah kita nanti.

Selamat menulis di buku kehidupanmu,
Menulislah dengan tinta cinta dan kasih sayang, serta pena kebijaksanaan.

Aku berdoa dan berharap :
"Agar Tuhan selalu menyertai setiap langkahmu"
..........karena.........
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa :
Langit itu selalu biru,
Bunga selalu mekar,
dan Mentari selalu bersinar..

Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi :
Pelangi di setiap Badai,
Senyum di setiap Air Mata,
Berkah di setiap Cobaan,
dan Jawaban di setiap Doa.

Jangan pernah menyerah,Terus berjuanglah, kawan...
Do your best.. and GOD will do the rest..

16 Jul 2011

KESABARAN BERBUAH MANIS


Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran…
“Ayah, ayah” kata sang anak… “Ada apa?” tanya sang ayah…..

“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek.…

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedang teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku…

Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” Anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Dan akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

“Waaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya. ” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”

” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu" 


"Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi, bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangat indah" 

Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku” 
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar” 

Aku tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat… Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu"

"Tapi ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri" 

"Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, seorang pemuda yang kuat, yang tetap tabah karena ia tahu ada Tuhan di sampingnya, maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang maka kau tahu akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tahu sekarang, aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti, terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ” 
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.


10 Jul 2011

KISAH POHON APEL


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku." kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya mEmbutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Moral of The Story :
Ini adalah cerita tentang kita semua.
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya..
dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita..


SURAT TERBUKA BAGI PARA SAHABAT WANITA TERCINTA

To : All Wifes in The World

Pernahkah kita menyadari sudah berapa lama kita menikah?
Dan bagaimanakah hubungan kita dengan suami tercinta saat ini?

Mari luangkan waktu sejenak untuk merenungkan kualitas kasih kita

Saat suamiku bangun pagi..
Adakah aku di sana yang menyapa dengan senyuman?
Atau bahkan dengan kecupan?
Pastilah itu akan mencerahkan hatinya.

Saat suamiku ada masalah dalam pekerjaan..
Adakah aku menyadarinya?
Apakah aku mensupportnya dengan kata2 positif, kepercayaan, dan doa baginya?
Pastilah itu akan menenangkan pikirannya.

Saat hubungan terasa hampa..
Adakah aku berusaha untuk menarik hatinya? Dengan kejutan2 manis dan sebagainya?
Dalam hatinya, pastilah ia menghargainya.

Saat suamiku pulang kerja..
Adakah aku di sana untuk menghibur dia yang kelelahan?
Adakah aku di sana, untuk menemaninya makan?
Walaupun mungkin aku sendiri sudah makan?

Saat suamiku sibuk bekerja di rumah..
Adakah aku disana sekedar untuk menemaninya?
Walaupun aku mungkin tidak paham apa yang sedang dikerjakannya
Namun pastilah ia menghargai kehadiran dan perhatianku.

Saat suamiku di rumah..
Sudahkah aku selalu menjaga diri untuk tampil menarik dan terlihat segar baginya?

Saat suamiku menonton TV..
Apakah aku suka menemaninya?
Walaupun mungkin aku tidak suka acara yang disukainya?
Aku ingin berbagi komunikasi apapun dengannya...

Atau saat suamiku berdiam diri di rumah dan sibuk dengan urusannya sendiri..
Sudahkah aku bertanya, mengapa dia bisa demikian?
Adakah yang salah dalam hubungan ini?
Mungkinkah dia tidak bercerita karena menjaga perasaan kita?
Atau bahkan dia sedang kebingungan memulai dari mana?

Ingatlah bahwa dengan menanam kasih, kita pun akan menuai kasih...

Jangan berharap untuk selalu menerima kasih..
Jangan menuntut ini dan itu...

Tetapi berikanlah lebih dahulu :
- Hatimu..
- Waktumu..
- Perhatianmu..
- Relakan kesukaanmu..
- Mulailah komunikasi lebih dulu... Jangan menunggu..

Jangan biarkan tempat itu diisi oleh Wanita Lain...
Di dunia jumlah Wanita lebih banyak dari jumlah Pria..
Maka kemungkinan adanya wanita idaman lain lebih tinggi dari seorang pria idaman lain...

So....
Penuhilah selalu hati suamimu...
Itu memang telah menjadi tempat dan milikmu..

Believe that you can!!!
Dibalik keberhasilan seorang suami, ada istri yang sejati..
Begitu pula sebaliknya..

Just a Thought.. No Offence..

"diposting dalam kesendirian dari sebuah Kamar Paviliun Rumah Sakit menjelang menjalani operasi esok hari"

16 Jun 2011

YOU ARE WHAT YOU THINK


Dua orang sahabat sedang menghampiri kios koran & membeli beberapa koran serta majalah. Penjual koran yg seharusnya gembira ternyata melayani mereka dengan buruk, tidak sopan, dan dengan muka cemberut. 

Sahabat pertama jelas jengkel menerima pelayanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, sahabat kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut. 

Sahabat pertama bertanya kepada sahabat kedua, “Mengapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?” 
Sahabatnya menjawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak?”

Bang!!!! Sahabat pertama terkejut mendengar jawaban sahabat kedua dan kembali bertanya, "Apa pantas pelayan tersebut menerima perlakuan kamu? sementara dia sendiri memperlakukan kamu seperti itu?"
  
Kembali sahabat kedua menjawab :
"Yess!! Itulah pointnya!!!Jangan pernah biarkan orang lain menentukan cara kita bertindak. Jika orang tersebut sedang melakukan hal yang buruk kepada kita, sering kali kita  membalasnya dengan bertindak yang demikian pula. Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. 

Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tdk sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 menjadi sedemikian pelit jika harus berurusan dengan orang tersebut.

Harus saya akui, terkadang saya juga gagal dalam hal ini, khususnya saat saya berkendara. Saat ada mobil lain menyerobot jalan dengan seenaknya, saya tiba2 menjadi jengkel dan berusaha membalasnya dengan bergantian menyerobot jalannya. Tindakan saya dipengaruhi oleh tindakan orang lain terhadap saya. Namun disisi lain, saya bisa berbuat sedemikian baik, santun, dan luar biasa terhadap orang yang juga melakukan hal yang sama kepada saya. Saat saya merenungkan tentang hal-hal ini, saya jadi merasa malu sendiri. 

Mengapa tindakan saya harus dipengaruhi oleh org lain.? Mengapa utk berbuat baik saja, saya harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? 

Insight :
Bagaimana dengan Anda?Apakah Anda juga punya “Penyakit” seperti saya?
Jaga suasana hati anda, jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!

Pilihlah tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!

SI PENCURI KUE


Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan sebuah tempat duduk.

Sambil duduk, wanita tersebut memakan kue sambil membaca buku yang baru dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yang berada diantara mereka berdua. Wanita tsb mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si "Pencuri Kue" yang pemberani itu menghabiskan persediaannya. Ia makin kesal sementara menit2 berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bkn orang baik, tentu sdh kutonjok dia!". Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki itu juga mengambil satu.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang2 miliknya dan menuju pintu gerbang.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari buku yg hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas karena kaget. Ternyata disitu ada kantong kue miliknya. 

Koq milikku ada di sini? Jadi kue tadi adalah milik siapa? Milik lelaki itu?
Ya Tuhan, terlambat sudah untuk meminta maaf. Ia tersandar dan sedih.
Bàhwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu, bukan dia!

MORAL OF THE STORY :
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi.

Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.

Orang lainlah yang selalu salah, yang patut disingkirkan, yang tak tahu diri, yang paling berdosa, yang selalu bikin masalah. Dan hanya kitalah yang paling benar, yang paling suci, yang paling tinggi, yang paling pintar, dst.

Sejak detik ini, bisakah kita memulai utk "sedikit saja" rendah hati? Tanpa membanggakan siapakah diri kita di hadapan orang lain.


8 Des 2010

KESOMBONGAN YANG MEMBUTAKAN HATI


Sebuah kapal karam diterjang badai hebat. Hanya dua lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat membagi pulau kecil itu menjadi dua dan mereka tinggal berseberangan.

Doa pertama, mereka memohon diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian. Lelaki ke satu merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan istri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki ke satu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi hari mereka menemukan kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar meninggalkan pulau itu.

Ia pun memutuskan meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkat tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Begitu kapal siap berangkat, lelaki kesatu mendengar suara dari langit, "Hai. Mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?" "Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya karena doakulah yang dikabulkan," jawab lelaki kesatu. "Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia tak pantas mendapatkan apa-apa,"

"Kau salah!" suara itu membahana. "Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa."

Lelaki ke satu itu bertanya, "Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?"

"Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan"

Insight : 
Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain?
Banyak orang yang telah mengorbankan segala sesuatu demi keberhasilan kita, baik secara kasat mata ataupun tersirat.
Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain, dan janganlah menilai sesuatu hanya dari "yang terlihat" saja.

KITA ADALAH MALAIKAT BERSAYAP SEBELAH

Bob Butler kehilangan kedua kakinya karena ledakan ranjau saat perang Vietnam tahun 1965. Dia pulang sebagai seorang pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian, dia membuktikan bahwa heroisme itu datang dari dalam hati.

Butler sedang bekerja di dalam garasi di sebuah kota kecil di Arizona pada suatu hari di musim panas. Saat itu dia mendengar teriakan histeris seorang wanita dari belakang rumah tetangganya. Dia mengayuh kursi rodanya ke rumah itu dan menuju ke halaman belakang. Tetapi ada pagar terkunci yang tidak memungkinkan kursi roda itu lewat. Veteran itu kemudian turun dari kursi, melompati pagar dengan kedua tangannya dan merayap dengan secepatnya melewati semak dan rerumputan.

“Saya harus segera sampai ke sana ,” katanya. “Tidak peduli apakah itu akan menyakitkan dan melukai tubuhku sendiri.”

Saat Butler sampai di belakang rumah, dia mengikuti teriakan itu sampai ke kolam renang, dimana ada seorang anak perempuan berumur tiga tahun yang tergeletak di dasar kolam. Anak itu lahir dengan tidak memiliki kedua lengan, jatuh ke kolam renang dan tidak bisa berenang.

Ibunya berdiri di tepi kolam sambil berteriak histeris. Butler segera menyelam ke dasar kolam renang dan membawa Stephanie keluar. Wajahnya telah kebiruan, tidak ada detak jantung dan tidak bernafas.

Butler segera memberi nafas buatan saat ibu Stephanie menelpon departemen pemadam kebakaran (911). Dia bilang semua petugas pemadam kebakaran sedang bertugas keluar, dan tidak ada petugas di kantor. Dengan tanpa harapan, dia menangis dan memeluk bahu Butler .

Sambil meneruskan memberi nafas buatan, Butler menenangkan ibunya Stpehanie. “Jangan kuatir,” katanya. “Saya sudah menjadi tangannya untuk membawanya keluar dari kolam. Dia akan baik-baik saja. Sekarang saya sedang menjadi paru-parunya. Bersama kita akan bisa melewatinya.”

Dua menit kemudian gadis kecil itu batuk-batuk, siuman kembali dan mulai menangis. Ketika mereka berpelukan dan bersyukur, ibunya Stephanie bertanya bagaimana Butler bisa tahu bahwa semua akan bisa diatasi dengan baik.

Saat kedua kaki saya meledak di perang Vietnam, saya seorang diri di tengah lapangan,” Butler bercerita. “Tidak ada seorang pun yang mau datang untuk menolong, kecuali seorang anak perempuan Vietnam. Dengan susah payah dia menyeret tubuh saya ke desa, dan dia berbisik dengan bahasa Inggrisnya yang terpatah-patah, ‘Semuanya OK. Kamu bisa hidup. Saya menjadi kakimu. Bersama kita bisa melewati semuanya.’ ”

“Sekarang ini giliran saya,” kata Butler kepada ibunya Stephanie, “Untuk membalas semua yang sudah saya terima.”

Insight : 
Kita semua adalah malaikat-malaikat bersayap sebelah. Hanya dengan saling membantu, kita mampu terbang.